Kamis, 11 Juni 2015

Perkembangan remaja awal



PENDAHULUAN

Psikologi remaja ( adolescence psicology ) ialah bagian psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajari kehidupan remaja. Batasan seorang remaja dimulai dari usia 13 tahun sampai dengan 21 tahun. Periodisasi remaja terbagi menjadi tiga bagian, yakni remaja awal (early adolescence, 13-15 Tahun), remaja tengah (midlle adolescence, 16-18 tahun), dan remaja akhir (late adolescence, 19-21 tahun). Pembahasan psikologi remaja mencangkup tiga aspek perkembangan yaitu, aspek fisik, aspek kognisi maupun, aspek psikososial. Remaja tergolong masa transisi (trantition stage) yaitu masa peralihan dari kehidupan anak-anak menuju masa dewasa. Tanda yang paling spesifik dalam kehidupan remaja ialah adanya perubahan-perubahan fisiologis yang menyebabkan remaja mengalami kematangan seksual dan pubertas. Adapun dalam tema yang akan dibahas dalam makalah ini ialah mengenai masa perkembangan remaja awal, yakni early adolescence yang rentang usia kisaran 13-15 tahun.


Periodisasi Masa Remaja ( Reamaja Awal dan Remaja Akhir )
            Kata remaja diterjemahkan dari bahasa Inggris adolescence yang berate tumbuh atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Adolecen maupun remaja menggambarkan seluruh perkembangan remaja baik perkembangan fisik, intelektual, social dan emosi. Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Hurlock ( 1991 : 206 ), menyatakan awal masa remaja berlangsung kira0kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja dimulai dari usia 16 sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum.
            Awal masa remaja biasanya disebut sebagai “usia belasan” bahkan akadang-kadang disebut sebagai usia belasan yang tidak menyenangkan. Masa remaja, seperti masa-masa sebelumnya memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan dengan masa sebelum atau sesudahnya. Hurlock ( 1991 : 207-209 ) menjelaskan cirri-ciri remaja sebagai berikut[1] :
1.      Masa remaja sebagai periode penting
2.      Masa remaja sebagai periode peralihan
3.      Masa remaja sebagai periode perubahan
4.      Sebagai masa mencari identitas
5.      Usia bermasalah
6.      Sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
7.      Sebagai masa yang tidak realistic
8.      Usia remaja sebagai ambang masa dewasa
            Menurut Havighurst, dalam Hurlock ( 1991 : 10 ), tugas perkembangan remaja yang harus dilalui yakni :
1.      Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
2.      Mencapai peran social baik remaja pria maupun wanita.
3.      Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
4.      Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab.
5.      Mempersiapkan karier ekonomi
6.      Memperoleh perangkat nilai dan system etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideology.

Perkembangan Masa Remaja Awal
a.      Perkembangan Fisik dan Psikososial
Masa remaja awal ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan perkembangan fisik pada akhir masa remaja menunjukan terbentuknya remaja laki-laki sebagai bentuk khas laki-laki dan perempuan menjadi bentuk khas perempuan. Adapun proses pertumbuhan in dapat berupa : perubahan bentuk tubuh, ukuran, tinggi dan berat badan, proporsi muka dan badan[2].
b.      Perkembangan Kognisi
Sebagai mana aspek lain dalam perkembangan remaja, kecerdasan ( kognisi ) juga mengalami perkembangan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Secara kuantitatif, intelegensi berkembang semenjak bayi masih berada dalam kandungan, dan puncak perkembangan dicapai pada penghujung pada masa remaja akhir, sesudah itu sampai usia 60 tahun perkembanganya lambat, terjadilah masa  plateau, yang selanjutnya akan terjadi penurunan.
Dilihat dari implikasi tahapan operasional formal dari Piaget pada remaja, maka remaja telah memiliki kemampuan isntropeksi ( berpikir kritis tentang dirinya ), berpikir logis terhadap hal-hal penting dalam mengambil keputusan, berfikir berdasarkan hipotesis, menggunakan symbol-simbol, berfikir yang fleksibel. Dengan demikian, atas pertimbangan tahapan perkembangan tersebut maka ciri berfikir remaja khusunya remaja awal adalah idealism, cenderung pada lingkungan sosialnya, egosentris, hipokrit ( kepura-puraan ). Jika dilihat dari factor yang mempengaruhi perkembangan kognitif remaja maka lingkungan social, keluarga, kematangan, peran perkembangan kognitif sebelum tahapan operasional, budaya serta intuisi social, seperti sekolah sangat berpengaruh dalam perkembangan kognitif remaja tersebut.
c.       Perkembangan Emosi
Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas. Sehingga pada masa ini disebut sebagai badai dan topan (storm and stress) => Heightened Emotionality, yaitu masa yang menggambarkan keadaan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil dan meledak-ledak. Meningginya emosi terutama karena remaja mendapat tekanan social dan menghadapi kondisi baru. Kepekaan emosi yang meningkat sering diwujudkan dalam bentuk ; lekas marah, suka menyendiri, dan adanya kebiasaan nervous seperti gelisah, cemas dan sentiment, menggigit kuku dan menggaruk-garuk kepala[3].
      Terjadinya peningkatan kepekaan emosi pada remaja disebabkan oleh beberapa factor, antara lain yaitu :
·         Perubahan system endokrim menyebabkan perubahan fisik
·         Factor nutrisi, menyebabkan ketegangan emosi
·         Anemia menyebabkan apatis yang disertai kecemasan dan lekas marah
·         Kurang kalsium menyebabkan lekas marah dan emosi tidak stabil
·         Adanya cacat tubuh
·         Hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga
·         Factor social, tuntutan masyarakat yang terlalu tinggi
·         Penyesuaian terhadap jenis kelamin
·         Masalah-masalah sekolah : masalah penyesuaian diri, emosi, social, pertentangan dengan peraturan sekolah, dll.
·         Hambatan kemauan seperti peraturan dirumah yang tidak sesuai, norma-norma social, ataupun hambatan keuangan.
Adapun reaksi remaja terhadap frustasi dapat berupa :
·         Agresi, ditunjukan orang lain melalui serangan fisik atau kata-kata yang dutunjukan untuk menyakiti.
·         Pengalihan emosi marah yang dialihkan ke objek lain seperti adik, orang tua ataupun guru ( tidak secara langsung ).
·         Withdrawl, menarik diri dalam lamuna atau fantasi.
·         Regresi, kembali ke situasi masa perkembangan sebelumnya yang memberi kepuasan.
·         Kompensasi, mencari objek pemuasan dibidang lain sebagai pengganti kegagalan dalam suatu bidang.
·         Frustasi mendorong tingkah laku konstruktif ( usaha lebih giat ) dan bias juga meninjau kembali cita-cita ( menurunkan aspirasi ).

d.      Perkembangan Social
Pada masa remaja pergaulan dan interaksi social dengan teman sebaya bertam,bah luas dan kompleks di banding dengan masa-masa sebelumnya, termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Remaja mencari bantuan emosional dengan kelompoknya. Pemuasan intelektual juga didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, ataupun berdebat untuk memecahkan masalah. Mengikuti organisasi social juga memberikan keuntungan bagi perkembangan social remaja, namun demikian agar remaja dapat bergaul dengan baik dalam kelompok sosialnya diperluakan kompetensi social yang berupa kemampuan dan ketrampilan dalam berhubungan dengan orang lain. Keberhasilan dalam pergaulan social akan menambah percaya diri pada diri remaja dan ditolak oleh kelompok merupakan hukuman yang paling berat bagi remaja.
Ada beberapa sikap yang sering ditampilkan remaja dalam kelompok, yaitu : kompetisi atau persaingan, konformitas, yaitu ingin selalu menonjolkan diri dan menaruh perhatian kepada orang lain, dan menentang otoritas, sering menolak aturan dan campur tangan orang  dewasa untuk urusan-urusan pribadinya.
Sesuai hubungan social serta tugas perkembanganya, ada beberapa tujuan perkembangan social remaja, yaitu[4] :


1.      Memperluas kontak social
Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahanya, melainkan remaja mulai menginginkan teman yang meiliki nilai-nilai yang sama, yang dapat memahami, membuat rasa aman, mereka dapat memecahkan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibahas dengan orang tua.
2.      Mengembangkan identitas diri
3.      Menyesuaikan dengan kematangan seksual
4.      Belajar menjadi orang yang lebih dewasa

e.      Perkembangan Moral
Moral adalah ajaran tentang baik buruk, perbuatan dan kelakuan akhlak, kewajiban dan sebagainya. Jadi intinya moral merupakan kendali, control dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nila-nilai kehidupan, yaitu norma-norma yang berlaku dalam masyarakat atau prinsip-prinsip hidup yang menjadi pegangan hidup seorang. Perkembangan moralitas merupakan suatu hal yang penting bagi perkembangan social dan kepribadian seseorang termasuk remaja[5]. Keberhasilan remaja dalam menyesuaiakan diri dengan lingkunganya akan menyebakan perkembangan kepribadian yang sehat. Ia akan memiliki konsep diri mengenai harga diri, percaya diri dan efikasi diri yang baik. Dan sebaliknya, ketidak mampuan remaja dalam menyesuaikan diri akan menyebabkanya memiliki kehidupan yang terasing, rendah diri, pesimis, apatis dan sering cemas serta takut, yang akibatnya akan mempengaruhi krisis kepribadian (personality crisis)[6].

Implikasi Perkembangan Remaja terhadap Dunia Pendidikan
Masa remaja merupakan masa yang sangat krusial dalam kehidupanya, karena keberhasilan dalam menatapi masa depanya juga dipengaruhi oleh keberhasilan remaja dalam menjalani perkembanganya. Oleh karena itu diperlukan perhatian yang lebih dari para pendidik ( baik guru maupun orang tua ). Implikasinya dalam pendidikan perlu memperhatikan perkembangan yang terjadi pada masa remaja tersebut. Misalnya perlu pendidikan seks yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran agar remaja mengetahui dengan tepat apa yang seharusnya dilakukan oleh remaja. Selain itu juga agar perkembangan fisiknya dapat optimal, maka pemenuhan gizi harus mendapatkan perhatian dari orang tuanya agar tidak menimbulkan efek yang bias berakibat kurangnya dalam penerimaan social. Disaar remaja memasuki tahap perkembangan kognitif, yaitu operasional formal, maka dalam pendidikan sangat dibutuhkan adanya stimulasi dari lingkungan baik guru maupun orang tua untuk mengembangkan rasa keingintahuan mereka dengan memberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi.


Bahaya dan Masalah-Masalah pada Masa Remaja
Seiring dengan perkembangan fisik yang sangat cepat dapat berakibat pada masa remaja yang tidak dapat menyesuaiakn diri dengan baik, sering menimbulkan bahaya-bahaya, yang muncul pada masa remaja. Menurut Hurlock ( 1991 : 236-237 ), ada dua bahaya pada remaja, yaiyu : a) bahaya fisik yang meliputi kematian, bunuh diri atau percobaan bunuh diri, cacat fisik, kecanggungan dan kekakuan. b) bahaya psikologis. Adapun bahay psikologis akibat ketidak mampuan penyesuaian diri remaja biasanya ditandai dengan tidak bertanggung jawab, yang tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran, sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak aman, merasa ingin pulang bila berada dilingkungan yang dikenal, terlalu banyak berkhayal, dsb.
Selain bahaya yang muncul pada masa ini, remaja juga sering melakukan perilaku antisocial. Adapun sebab terjadinya lantaran mempunyai kepribadian yang lemah, lingkungan psikis yang kurang tepat, ciri-ciri kepribadian seperti pemberontak, terlalu PD, curiga, desdruktif, control batin yang kurang, tidak suka menaati norma, dsb. Atau bias juga karena latar belakang keluarga yang broken home atau terlalu dimanja, atapun bias juga karena latar belakang masyarakat yang tidak sejalan dengan nilai seperti adanya pengaruh dari peer group, media massa, dan sebagainya.


KESIMPULAN

            Masa remaja merupakan masa peralihan yang mempunyai ciri yang berbeda dengan masa sebelum atau sesudahnya. Dimana dalam periode ini, remaja mengalami banyak perubahan baik secara fisik ataupun mentalnya, masa mencari identitas dan merupakan masa yang banyak menimbulkan masalah, yakni rasa takut dan masa yang tidak realistic.
Tugas perkembangan yang harus dilakukan pada masa remaja terdiri dari mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita, mencapai peran social, dan menerima keadaan fisiknya. Jika dilihat dari perkembangan fisik dan psikososial, masa remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik. Dilihat dari perkembangan kognisi menurut Piaget, remaja masuk dalam tahapan operasional formal yang memiliki ciri-ciri yang telah dimilikinya, kemampuan instropeksi, berfikir logis, berfikir yang tidak kaku. Sehingga atas dasar perkembangan tersebut maka ciri berfikir remaja adalah idelisme, cenderung pada lingkungan sosialnya (egosentrisme), dan kesadaran akan konformis.
Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini disebut sebagai masa badai dan topan karena menggambarkan keadaan emosi remaja yang tidak menentu, dan meledak-ledak.
Dilihat dari perkembangan social, usia remaja termasuk dalam tahap pencarian identitas versus kebingungan identitas. Dimana pada masa ini remaja dihadapkan pada masa pencarian pengetahuan tentang dirinya, apa dan bagaimana tentang dirinya.


Daftar Pustaka
Dariyo, Agoes. 2007. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN : Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung : PT Refika Aditama.
Izzaty, Rita Eka., dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press.


[1] Rita Eka Izzaty, dkk.,  Perkembangan Peserta Didik, ( Yogyakarta : UNY Press, 2008 ), hlm.123-126.
[2] Rita Eka Izzaty, dkk.,  Perkembangan Peserta Didik, ( Yogyakarta : UNY Press, 2008 ), hlm.127.
[3] Rita Eka Izzaty, dkk.,  Perkembangan Peserta Didik, ( Yogyakarta : UNY Press, 2008 ), hlm.135-136.
[4] Rita Eka Izzaty, dkk.,  Perkembangan Peserta Didik, ( Yogyakarta : UNY Press, 2008 ), hlm.137.
[5] Rita Eka Izzaty, dkk.,  Perkembangan Peserta Didik, ( Yogyakarta : UNY Press, 2008 ), hlm.143.
[6] Agoes Dariyo, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN : Anak Tiga Tahun Pertama, ( Bandung : PT Refika Aditama : 2007 ), hlm. 44.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar