PENDAHULUAN
Psikologi remaja ( adolescence psicology ) ialah bagian psikologi perkembangan yang
secara khusus mempelajari kehidupan remaja. Batasan seorang remaja dimulai dari
usia 13 tahun sampai dengan 21 tahun. Periodisasi remaja terbagi menjadi tiga
bagian, yakni remaja awal (early
adolescence, 13-15 Tahun), remaja tengah (midlle adolescence, 16-18 tahun), dan remaja akhir (late adolescence, 19-21 tahun).
Pembahasan psikologi remaja mencangkup tiga aspek perkembangan yaitu, aspek
fisik, aspek kognisi maupun, aspek psikososial. Remaja tergolong masa transisi
(trantition stage) yaitu masa
peralihan dari kehidupan anak-anak menuju masa dewasa. Tanda yang paling
spesifik dalam kehidupan remaja ialah adanya perubahan-perubahan fisiologis yang
menyebabkan remaja mengalami kematangan seksual dan pubertas. Adapun dalam tema
yang akan dibahas dalam makalah ini ialah mengenai masa perkembangan remaja
awal, yakni early adolescence yang rentang usia kisaran 13-15 tahun.
Periodisasi Masa Remaja
( Reamaja Awal dan Remaja Akhir )
Kata remaja diterjemahkan dari
bahasa Inggris adolescence yang
berate tumbuh atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Adolecen maupun remaja
menggambarkan seluruh perkembangan remaja baik perkembangan fisik, intelektual,
social dan emosi. Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Hurlock ( 1991 : 206 ),
menyatakan awal masa remaja berlangsung kira0kira dari tiga belas tahun sampai
enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja dimulai dari
usia 16 sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum.
Awal masa remaja biasanya disebut
sebagai “usia belasan” bahkan akadang-kadang disebut sebagai usia belasan yang
tidak menyenangkan. Masa remaja, seperti masa-masa sebelumnya memiliki
ciri-ciri khusus yang membedakan dengan masa sebelum atau sesudahnya. Hurlock (
1991 : 207-209 ) menjelaskan cirri-ciri remaja sebagai berikut[1] :
1. Masa
remaja sebagai periode penting
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
3. Masa
remaja sebagai periode perubahan
4. Sebagai
masa mencari identitas
5. Usia
bermasalah
6. Sebagai
usia yang menimbulkan ketakutan
7. Sebagai
masa yang tidak realistic
8. Usia
remaja sebagai ambang masa dewasa
Menurut Havighurst, dalam Hurlock (
1991 : 10 ), tugas perkembangan remaja yang harus dilalui yakni :
1. Mencapai
hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun
wanita.
2. Mencapai
peran social baik remaja pria maupun wanita.
3. Menerima
keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
4. Mengharapkan
dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab.
5. Mempersiapkan
karier ekonomi
6. Memperoleh
perangkat nilai dan system etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideology.
Perkembangan Masa
Remaja Awal
a.
Perkembangan
Fisik dan Psikososial
Masa remaja awal ditandai dengan percepatan
pertumbuhan fisik. Pertumbuhan perkembangan fisik pada akhir masa remaja
menunjukan terbentuknya remaja laki-laki sebagai bentuk khas laki-laki dan
perempuan menjadi bentuk khas perempuan. Adapun proses pertumbuhan in dapat
berupa : perubahan bentuk tubuh, ukuran, tinggi dan berat badan, proporsi muka
dan badan[2].
b.
Perkembangan
Kognisi
Sebagai mana aspek lain dalam
perkembangan remaja, kecerdasan ( kognisi ) juga mengalami perkembangan baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Secara kuantitatif, intelegensi
berkembang semenjak bayi masih berada dalam kandungan, dan puncak perkembangan
dicapai pada penghujung pada masa remaja akhir, sesudah itu sampai usia 60
tahun perkembanganya lambat, terjadilah masa plateau, yang selanjutnya
akan terjadi penurunan.
Dilihat dari implikasi tahapan
operasional formal dari Piaget pada remaja, maka remaja telah memiliki
kemampuan isntropeksi ( berpikir kritis tentang dirinya ), berpikir logis
terhadap hal-hal penting dalam mengambil keputusan, berfikir berdasarkan
hipotesis, menggunakan symbol-simbol, berfikir yang fleksibel. Dengan demikian,
atas pertimbangan tahapan perkembangan tersebut maka ciri berfikir remaja
khusunya remaja awal adalah idealism, cenderung pada lingkungan sosialnya,
egosentris, hipokrit ( kepura-puraan ). Jika dilihat dari factor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif remaja maka lingkungan social, keluarga,
kematangan, peran perkembangan kognitif sebelum tahapan operasional, budaya
serta intuisi social, seperti sekolah sangat berpengaruh dalam perkembangan
kognitif remaja tersebut.
c.
Perkembangan
Emosi
Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang
bersifat khas. Sehingga pada masa ini disebut sebagai badai dan topan (storm and stress) => Heightened Emotionality, yaitu masa yang
menggambarkan keadaan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil dan
meledak-ledak. Meningginya emosi terutama karena remaja mendapat tekanan social
dan menghadapi kondisi baru. Kepekaan emosi yang meningkat sering diwujudkan
dalam bentuk ; lekas marah, suka menyendiri, dan adanya kebiasaan nervous
seperti gelisah, cemas dan sentiment, menggigit kuku dan menggaruk-garuk kepala[3].
Terjadinya peningkatan kepekaan emosi pada
remaja disebabkan oleh beberapa factor, antara lain yaitu :
·
Perubahan system
endokrim menyebabkan perubahan fisik
·
Factor nutrisi,
menyebabkan ketegangan emosi
·
Anemia menyebabkan
apatis yang disertai kecemasan dan lekas marah
·
Kurang kalsium
menyebabkan lekas marah dan emosi tidak stabil
·
Adanya cacat tubuh
·
Hubungan yang tidak
harmonis dalam keluarga
·
Factor social, tuntutan
masyarakat yang terlalu tinggi
·
Penyesuaian terhadap
jenis kelamin
·
Masalah-masalah sekolah
: masalah penyesuaian diri, emosi, social, pertentangan dengan peraturan
sekolah, dll.
·
Hambatan kemauan
seperti peraturan dirumah yang tidak sesuai, norma-norma social, ataupun
hambatan keuangan.
Adapun reaksi remaja terhadap
frustasi dapat berupa :
·
Agresi, ditunjukan
orang lain melalui serangan fisik atau kata-kata yang dutunjukan untuk
menyakiti.
·
Pengalihan emosi marah
yang dialihkan ke objek lain seperti adik, orang tua ataupun guru ( tidak
secara langsung ).
·
Withdrawl, menarik diri
dalam lamuna atau fantasi.
·
Regresi, kembali ke
situasi masa perkembangan sebelumnya yang memberi kepuasan.
·
Kompensasi, mencari
objek pemuasan dibidang lain sebagai pengganti kegagalan dalam suatu bidang.
·
Frustasi mendorong
tingkah laku konstruktif ( usaha lebih giat ) dan bias juga meninjau kembali
cita-cita ( menurunkan aspirasi ).
d.
Perkembangan
Social
Pada masa remaja pergaulan dan
interaksi social dengan teman sebaya bertam,bah luas dan kompleks di banding
dengan masa-masa sebelumnya, termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Remaja
mencari bantuan emosional dengan kelompoknya. Pemuasan intelektual juga
didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, ataupun berdebat
untuk memecahkan masalah. Mengikuti organisasi social juga memberikan
keuntungan bagi perkembangan social remaja, namun demikian agar remaja dapat
bergaul dengan baik dalam kelompok sosialnya diperluakan kompetensi social yang
berupa kemampuan dan ketrampilan dalam berhubungan dengan orang lain.
Keberhasilan dalam pergaulan social akan menambah percaya diri pada diri remaja
dan ditolak oleh kelompok merupakan hukuman yang paling berat bagi remaja.
Ada beberapa sikap yang sering
ditampilkan remaja dalam kelompok, yaitu :
kompetisi atau persaingan, konformitas,
yaitu ingin selalu menonjolkan diri dan menaruh perhatian kepada orang lain,
dan menentang otoritas, sering
menolak aturan dan campur tangan orang
dewasa untuk urusan-urusan pribadinya.
Sesuai hubungan social serta tugas
perkembanganya, ada beberapa tujuan perkembangan social remaja, yaitu[4] :
1. Memperluas
kontak social
Remaja tidak lagi memilih
teman-teman berdasarkan kemudahanya, melainkan remaja mulai menginginkan teman
yang meiliki nilai-nilai yang sama, yang dapat memahami, membuat rasa aman,
mereka dapat memecahkan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat
dibahas dengan orang tua.
2. Mengembangkan
identitas diri
3. Menyesuaikan
dengan kematangan seksual
4. Belajar
menjadi orang yang lebih dewasa
e.
Perkembangan
Moral
Moral adalah ajaran tentang baik buruk, perbuatan
dan kelakuan akhlak, kewajiban dan sebagainya. Jadi intinya moral merupakan
kendali, control dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nila-nilai
kehidupan, yaitu norma-norma yang berlaku dalam masyarakat atau prinsip-prinsip
hidup yang menjadi pegangan hidup seorang. Perkembangan moralitas merupakan
suatu hal yang penting bagi perkembangan social dan kepribadian seseorang termasuk
remaja[5]. Keberhasilan
remaja dalam menyesuaiakan diri dengan lingkunganya akan menyebakan
perkembangan kepribadian yang sehat. Ia akan memiliki konsep diri mengenai harga
diri, percaya diri dan efikasi diri yang baik. Dan sebaliknya, ketidak mampuan
remaja dalam menyesuaikan diri akan menyebabkanya memiliki kehidupan yang
terasing, rendah diri, pesimis, apatis dan sering cemas serta takut, yang
akibatnya akan mempengaruhi krisis kepribadian (personality crisis)[6].
Implikasi Perkembangan
Remaja terhadap Dunia Pendidikan
Masa remaja merupakan masa yang sangat krusial dalam
kehidupanya, karena keberhasilan dalam menatapi masa depanya juga dipengaruhi
oleh keberhasilan remaja dalam menjalani perkembanganya. Oleh karena itu
diperlukan perhatian yang lebih dari para pendidik ( baik guru maupun orang tua
). Implikasinya dalam pendidikan perlu memperhatikan perkembangan yang terjadi
pada masa remaja tersebut. Misalnya perlu pendidikan seks yang diintegrasikan
dalam proses pembelajaran agar remaja mengetahui dengan tepat apa yang
seharusnya dilakukan oleh remaja. Selain itu juga agar perkembangan fisiknya
dapat optimal, maka pemenuhan gizi harus mendapatkan perhatian dari orang tuanya
agar tidak menimbulkan efek yang bias berakibat kurangnya dalam penerimaan
social. Disaar remaja memasuki tahap perkembangan kognitif, yaitu operasional
formal, maka dalam pendidikan sangat dibutuhkan adanya stimulasi dari
lingkungan baik guru maupun orang tua untuk mengembangkan rasa keingintahuan
mereka dengan memberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi.
Bahaya dan
Masalah-Masalah pada Masa Remaja
Seiring dengan perkembangan fisik yang sangat cepat
dapat berakibat pada masa remaja yang tidak dapat menyesuaiakn diri dengan
baik, sering menimbulkan bahaya-bahaya, yang muncul pada masa remaja. Menurut
Hurlock ( 1991 : 236-237 ), ada dua bahaya pada remaja, yaiyu : a) bahaya fisik
yang meliputi kematian, bunuh diri atau percobaan bunuh diri, cacat fisik,
kecanggungan dan kekakuan. b) bahaya psikologis. Adapun bahay psikologis akibat
ketidak mampuan penyesuaian diri remaja biasanya ditandai dengan tidak
bertanggung jawab, yang tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran, sikap yang
sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak aman, merasa
ingin pulang bila berada dilingkungan yang dikenal, terlalu banyak berkhayal,
dsb.
Selain
bahaya yang muncul pada masa ini, remaja juga sering melakukan perilaku
antisocial. Adapun sebab terjadinya lantaran mempunyai kepribadian yang lemah,
lingkungan psikis yang kurang tepat, ciri-ciri kepribadian seperti pemberontak,
terlalu PD, curiga, desdruktif, control batin yang kurang, tidak suka menaati
norma, dsb. Atau bias juga karena latar belakang keluarga yang broken home atau
terlalu dimanja, atapun bias juga karena latar belakang masyarakat yang tidak
sejalan dengan nilai seperti adanya pengaruh dari peer group, media massa, dan
sebagainya.
KESIMPULAN
Masa remaja merupakan masa peralihan
yang mempunyai ciri yang berbeda dengan masa sebelum atau sesudahnya. Dimana
dalam periode ini, remaja mengalami banyak perubahan baik secara fisik ataupun
mentalnya, masa mencari identitas dan merupakan masa yang banyak menimbulkan
masalah, yakni rasa takut dan masa yang tidak realistic.
Tugas
perkembangan yang harus dilakukan pada masa remaja terdiri dari mencapai
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita,
mencapai peran social, dan menerima keadaan fisiknya. Jika dilihat dari
perkembangan fisik dan psikososial, masa remaja ditandai dengan percepatan
pertumbuhan fisik. Dilihat dari perkembangan kognisi menurut Piaget, remaja
masuk dalam tahapan operasional formal yang memiliki ciri-ciri yang telah
dimilikinya, kemampuan instropeksi, berfikir logis, berfikir yang tidak kaku.
Sehingga atas dasar perkembangan tersebut maka ciri berfikir remaja adalah
idelisme, cenderung pada lingkungan sosialnya (egosentrisme), dan kesadaran
akan konformis.
Pada
masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini
disebut sebagai masa badai dan topan karena menggambarkan keadaan emosi remaja
yang tidak menentu, dan meledak-ledak.
Dilihat
dari perkembangan social, usia remaja termasuk dalam tahap pencarian identitas
versus kebingungan identitas. Dimana pada masa ini remaja dihadapkan pada masa
pencarian pengetahuan tentang dirinya, apa dan bagaimana tentang dirinya.
Daftar Pustaka
Dariyo, Agoes. 2007. PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN : Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung : PT Refika Aditama.
Izzaty, Rita Eka., dkk. 2008.
Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press.
[1] Rita Eka Izzaty, dkk., Perkembangan Peserta Didik, ( Yogyakarta
: UNY Press, 2008 ), hlm.123-126.
[2] Rita Eka Izzaty, dkk., Perkembangan Peserta Didik, ( Yogyakarta
: UNY Press, 2008 ), hlm.127.
[3] Rita Eka Izzaty, dkk., Perkembangan Peserta Didik, ( Yogyakarta
: UNY Press, 2008 ), hlm.135-136.
[4] Rita Eka Izzaty, dkk., Perkembangan Peserta Didik, ( Yogyakarta
: UNY Press, 2008 ), hlm.137.
[5] Rita Eka Izzaty, dkk., Perkembangan Peserta Didik, ( Yogyakarta
: UNY Press, 2008 ), hlm.143.
[6] Agoes Dariyo, PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN : Anak Tiga Tahun Pertama, ( Bandung : PT Refika Aditama :
2007 ), hlm. 44.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar