Kamis, 11 Juni 2015

hubungan timbal balik antara lingkungan dengan pendidikan



PENDAHULUAN

     Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Sedangkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Kaitanya antara lingkungan dengan pendidikan terdapat hubungan timbale balik antar keduanya, sebab lingkungan pendidikan merupakan berbagai factor yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Keberadaan lingkungan pendidikan dalam suatu proses pendidikan sangatlah penting adanya. Lingkungan pendidikan pada dasarnya membicarakan hubungan dan pengaruh antara pendidikan dan lingkungan. Karena, lingkungan pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya tujuan pendidikan bagi peserta didik. Dalam hal ini, pengertian lingkungan pendidikan disederhanakan menjadi tiga jenis yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Berikut kami jelaskan lebih rinci pada pembahasan selanjutnya.


PEMBAHASAN


Proses pendidikan dapat berlangsung karena adanya sarana yang dapat mendukung dan menjadi ajang berlangsungnya pendidikan. Dalam hal ini, yang digunakan terutama adalah masyarakat yang ditempati oleh institusi-institusi atau lingkungan pendidikan[1]. Secara umum lingkungan pendidikan dapat membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Sebab ba­gaimanapun bila berbicara tentang lembaga pendidikan sebagai wadah berlangsungnya pendidikan, maka tentunya akan me­nyangkut masalah lingkungan dimana pendidikan tersebut dilak­sanakan. Antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lainnya tidak dapat berdiri sendiri. Terdapat hubungan timbale balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan pendidikan[2]. Dalam GBHN disebutkan pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat[3]. Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal skil dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masayarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri. Melihat hal tersebut maka sudah selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungan sehingga terjadi keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikan dan berkepribadian unggul.
Setiap orang berada dalam lembaga pendidikan tersebut (keluarga, sekolah dan masyarakat), pasti akan mengalami per­ubahan dan perkembangan menurut warna dan corak institusi tersebut. Berdasarkan kenyataan dan peranan ketiga lembaga ini, Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan ter­sebut sebagai Tri Pusat Pendidikan.Maksudnya, tiga pusat pen­didikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban suatu tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya. Ketiga penanggung jawab pendidikan ini dituntut melaku­kan kerja sama diantara mereka baik secara langsung maupun tidak langsung, dan saling menopang kegiatan yang sama secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dengan kata lain, perbuatan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak juga dilakukan oleh sekolah dengan memperkuatnya serta dikontrol masyarakat sebagai lingkungan sosial anak.Hak ini sesuai dengan apa yang ada dalam GBHN (ketetapan MPR No. IV/MPR/1978), berkenaan dengan pendidikan dikemukakan anatara lain sebagai berikut: Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”.[4]
1.      Lingkungan Keluarga
Dalam pendidikan, keluarga adalah salah satu pusat pendidikan. Bahkan disebut sebagai pusat pendidikan yang pertama dan utama. Tugas dan kewajiban keluarga adalah memberikan pendidikan nilai-nilai spiritual keagamaan, pengetahuan dan ketrampilan dasar kepada peserta didik (anak) [5]. Dalam menjalankan tugas mendidik, orang tua membim­bing anak. Anak sebagai manusia, yang belum sempurna perkem­bangannya dipengaruhi dan diarahkan orang tua untuk mencapai kedewasaan. Kedewasaan dalam arti keseluruhan, yakni dewasa secara biologis (badaniah) dan dewasa secara rohani. Adapun tu­gas utama dari keluarga bagi pendidikan anak-anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup ke­agamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain (Indrakusuma, 1973: 109).
Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga, itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidik itu terwujud berkat adanya pergau­lan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua atau ayah dan ibu memegang peranan yang pen­ting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya.Oleh karena itu ia meniru peran ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal oleh anak, yang mula-mula menjadi temannya dan yang mula-mula dipercayainya. Apapun yang dilakukan ibu dapat dimaafkannya, kecuali apabila ia ditinggalkan dengan memahami segala sesuatu yang terkandung di dalam hati anaknya, jika anak telah mulai agak besar, disertai kasih sayang dapatlah ibu mengambil hati anaknya untuk selama lamanya. Pengaruh hayati terhadap anaknya besar pula. Dimata anaknya ia seorang tertinggi gengsinya dan terpandai diantara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari berpengaruh pada cara bekerja anaknya. Ayah merupakan penolong utama lebih-lebih lagi anak yang agak besar, baik laki-laki maupun perempuan, bila ia mau mendekati dan dapat memahami hati anaknya[6].
Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi:
1.      Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak. Kasih sayang orang tua yang ikhlas dan murni akan mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab untuk mengorbankan hidupnya dalam memberikan pertolongan kepada anaknya.
2.      Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi nilai-nilai spiritual. Menurut para ahli bahwa penanaman masa anak-anak (usia 3 sampai 6 tahun) seorang anak memiliki pengalaman agama yang asli dan mendalam, serta mudah berakar dalam diri dan kepribadiannya. Hal tersebut merupakan faktor yang sangat penting yang melebihi yang lain, karena pada saat itu anak mempunyai sifat “wondering” atau heran sebagai salah satu faktor untuk memperdalam pemahaman spiritual reality. Pada periode ini periode ini peranan orang tua dirasakan sangat pendingin melalui pembiasaan, misalnya orang tua sering mengajak anaknya ketempat-tempat ibadah sebagai penanaman dasar yang akan mengarahkan anak pada pengabdian yang selanjutnya mampu menghargai kehadiran agama dalam bentuk pengalaman, dan pengalaman dengan penuh ketaatan.
3.      Tanggung jawab jawab sosial adalah sebagian dart keluarga yang Dacia gilirannya akan menjadi tangg-ung jawab masyarakat, bangsa clan negara. Tanggung jawab sosial itu merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yang dibina oleh darah, keturunan dan kesatuan keyakinan. Terja­I innya hubungan antara orang tua dengan anak berdasarkan rasa kasih sayang yang ikhlas, dan kesediaan mengorbankan segala-galanya adalah hanya untuk melindungi clan mem­berikan pertolongan kepada anak dalam membimbing me­reka agar pertumbuhan dan perkembangannya menjadi sem­puma, sebagaimana diharapkan. Begitu juga diharapkan untuk melatih sikap mandiri dan mampu mengambil keputusan sendiri serta kehidupannya dalam keadaan stabil.
4.      Memelihara dan membesarkan anaknya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar is dapathidup secara berkelanjutan. Di samping itu ia bertanggung ja­wab dalam hal melindungi dan menjamin kesehatan anak­nya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan diri anak tersebut.
5.      Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yeng berguna bagi kehidupan anak tersbeut, untuk kehidupan kelak sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri.

Dengan demikian terlihat besar tanggung jawab orang tua terhadap anak. Bagi seorang anak, keluarga persekutuan hidup pada lingkungan keluarga tempat dimana ia menjadi diri pribadi atau diri sendiri. Keluarga juga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk dari dalam fungsi sosialnya. Di samping itu, keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti kepada tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yang tinggi. Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap keangsungan hidup dan pendidikan anak adalah orang tua[7].

2.      Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lingkungan dan lembaga pendidikan yang kedua setelah keluarga. Sekolah muncul sebagai pendidikan modern yang bersifat formal, yang berfungsi membantu pendidikan di keluarga. Pendidikan di sekolah terlaksana secara melembaga. Lembaga-lembaga itulah yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai wadah atau bentuk pendidikan di sekolah, dimana kegiatan mendidik dan didik itu terlaksana. Pendidikan pada dasarnya adalah pengajaran atau pembelajaran, yang tekanannya pada transformasi ilmu, pengetahuan dan teknologi serta seni. Isi materi yang disampaikan dalam proses pendidikan di sekolah mencakup pengajaran yang mendidik yang secara serentak memberi peluang pencapaian tujuan instruktusional bidang studi dan tujuan umum pendidikan lainnya, bimbingan dan penyuluhan sebagai program pengembangan kepribadian yang terlaksana dalam bentuk layanan pribadi atau individual atau layanan kelompok dan klasikal, pelatihan ketrampilan dapat diperoleh melalui pengajaran yang mendidik dan bimbingan-penyuluhan peserta didik telah ditumbuh kembangkan utamanya aspek kognitif dan afektif serta psikomotorik, pusat sumber belajar dapat dikembangkan dari perpustakaan sehat untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran, sekolah sebagai lingkungan sekaligus lembaga pendidikan perlu dikelola,diatur, ditata dan dimanipulasi sedemikan rupa sehingga aman dan nyaman serta mendukung terlaksananya program pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan[8].
Menurut pasal 10 ayat 2 Undang-Undang nomor 2 Tahun 1989  Tentang Sistem Pendidikan Nasional  disebut bahwa “Jalur Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar serta berjenjang dan berkesinambungan”.[9]
Karena itu, sebagai sum­bangan sekolah terhadap pendidikan diantaranya yaitu[10] :
a.    Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-ke­biasaan yangbaik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
b.    Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
c.    Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecaka­pan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
d.   Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan benar atau salah dan sebagainya.Dan lain-lain.
Berkenaan dengan sumbangan sekolah terhadap pendidi­kan itulah, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan mempu­nyai sifat-sifat sebagai berikut: tumbuh sesudah keluarga, lembaga pendidikan formal, dan lembaga pendidikan yang tidak bersifat kodrati.
Disamping itu, pendidikan sekolah juga mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu:
a.    Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarkhis.
b.    Usia siswa (anak didik) di suatu jenjang relatif homogen.
c.    Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pen­didikan yang harus diselesaikan.
d.   Isi pendidikan (materi) lebih banyak yang bersifat akademis dan umum.
e.    Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban ter­hadap kebutuhan di mass yang akan datang.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama yang kedua.Siswa-siswi, guru, administrator, konselor hidup bersama dan melaksanakan pendidikan secara teraturdan terencana dengan baik. Dengan demikian, Peranan sekolah sebagai lembaga yang membangun lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar dan dapat dibedakan pengertiannya. Mendidik tidak hanya berupa proses pemberian ilmu pengetahuan kepada anak didik, tetapi lebih jauh berupa pemberian nilai. Sedangkan mengajar hanya diartikan sebagai proses pemberian ilmu pengetahuan kepada anak didik, tidak menyangkut nilai. Jelasnya dapat dikatakan bahwa sebagian besar pembentukan kecerdasan (pengertian), sikap dan minat sebagian dari pembentukan kepribadian, dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini menunkukan betapa penting dan besar pengaruh pada sekolah[11]. 

3.      Lingkungan Masyarakat
Pendidikan di lingkungan masyarakat biasa dikenal dengan pendidikan non-formal yang meliputi berbagai usaha khusus yang diselenggarakan secara terorganisasi agar terutama generasi muda dan juga orang dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga masyarakat yang produktif. Dengan demikian makna dan peranan pendidikan non-formal tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan pendidikan formal.
Pendidikan non-formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap. Pendidikan non-formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Pendidikan non-formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja. Satuan pendidikan non-formal terdiri atas lembaga khusus, lembaga pelatihan, kelompok belalajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis[12].
Sedangkan Pusat pendidikan di masyarakat menurut Ki Hajar Dewantara adalah organisasi pemuda. Organisasi pemuda ada yang bersifat informal (kelompok sebaya, kelompok bermain) maupun yang bersifat formal yang diusahakan baik oleh yayasan tertentu/partai tertentu. Lingkungan pendidikan ini diharapkan mampu membina pemuda/pemudi melalui pendidikan diri sendiri, memadukan perkembangan kecerdasan, budi pekerti dan perilaku sosial[13].
Jadi dalam konteks pendidikan, lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap pendidikan tampak lebih luas pengaruhnya. Karena corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, dan hal ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan[14].




PENUTUP

Dari pemaparan yang telah di jelaskan pada pembahasan sebelumnya, dapat kami simpulkan bahwa terjadi hubungan timbale balik antara lingkungan dengan pendidikan. Karena lingkungan pendidikan dapat membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Sebab ba­gaimanapun bila berbicara tentang lembaga pendidikan sebagai wadah berlangsungnya pendidikan, maka tentunya akan me­nyangkut masalah lingkungan dimana pendidikan tersebut dilak­sanakan. Antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lainnya tidak dapat berdiri sendiri. Terdapat hubungan timbale balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan satu dengan lingkungan lainya dalam hal pendidikan. Misalnya Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal skil dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masayarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri. Melihat hal tersebut maka sudah selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungan sehingga terjadi keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikan dan berkepribadian unggul.
Jadi, sudah jelas bahwa dalam pendidikan perlu wadah utuk mencapai tujuan yang optimal. Wadah yang dimaksud disini yaitu lingkungan pendidikan yang meliputi ; lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Melihat hal tersebut maka sudah selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungan sehingga terjadi keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikan dan berkepribadian unggul.


DAFTAR PUSTAKA

Barnadib,Imam. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
Siswoyo, Dwi dkk. 2011. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
Maunah,Binti. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Teras.
http://acehmillano.wordpress.com/2013/03/24/hubungan-timbal-balik-antara-lingkungan-pendidikan/


[1] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, ( Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 2002), hlm.54.
[2] http://acehmillano.wordpress.com/2013/03/24/hubungan-timbal-balik-antara-lingkungan-pendidikan/
[3] Dwi Siswoyo,dkk. Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : UNY Press, 2011), hlm.148.
[4] Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 91.


[5] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, ( Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 2002), hlm.55.
[6] Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 92.

[7] Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm.93.

[9]  Binti Maunah, (2009), Ilmu Pendidikan, Yogyakarta, Teras, hlm.94.

[10]  Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 91

[11]  Binti Maunah, (2009), Ilmu Pendidikan, Yogyakarta, Teras,hlm.95.
[13]Sulistiyono T, dkk. (2011) Ilmu Pendidikan, Yogyakarta :UNY Press, hlm.149.
[14] http://acehmillano.wordpress.com/2013/03/24/hubungan-timbal-balik-antara-lingkungan-pendidikan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar