PENDAHULUAN
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan
segala benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lainnya. Sedangkan Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau
pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya
supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Kaitanya antara lingkungan dengan pendidikan terdapat
hubungan timbale balik antar keduanya, sebab lingkungan pendidikan merupakan berbagai
factor yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan
sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari
lingkungan sosial. Keberadaan lingkungan pendidikan dalam suatu proses
pendidikan sangatlah penting adanya. Lingkungan pendidikan pada dasarnya
membicarakan hubungan dan pengaruh antara pendidikan dan lingkungan. Karena, lingkungan
pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya tujuan
pendidikan bagi peserta didik. Dalam hal ini, pengertian lingkungan pendidikan
disederhanakan menjadi tiga jenis yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Berikut
kami jelaskan lebih rinci pada pembahasan selanjutnya.
PEMBAHASAN
Proses
pendidikan dapat berlangsung karena adanya sarana yang dapat mendukung dan
menjadi ajang berlangsungnya pendidikan. Dalam hal ini, yang digunakan terutama
adalah masyarakat yang ditempati oleh institusi-institusi atau lingkungan
pendidikan[1].
Secara umum lingkungan pendidikan dapat membantu peserta didik dalam interaksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya
pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Sebab bagaimanapun bila
berbicara tentang lembaga pendidikan sebagai wadah berlangsungnya pendidikan,
maka tentunya akan menyangkut masalah lingkungan dimana pendidikan tersebut
dilaksanakan. Antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang
lainnya tidak dapat berdiri sendiri. Terdapat hubungan timbale balik dan saling
mempengaruhi antar lingkungan pendidikan[2].
Dalam GBHN disebutkan pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan
dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat[3]. Lingkungan
keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah
sebagai bekal skil dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masayarakat
merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah
sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri. Melihat hal tersebut maka
sudah selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungan sehingga terjadi
keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikan dan
berkepribadian unggul.
Setiap
orang berada dalam lembaga pendidikan tersebut (keluarga, sekolah dan
masyarakat), pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut warna dan
corak institusi tersebut. Berdasarkan
kenyataan dan peranan ketiga lembaga ini, Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut
sebagai Tri Pusat Pendidikan.Maksudnya,
tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban suatu
tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya. Ketiga penanggung jawab
pendidikan ini dituntut melakukan kerja sama diantara mereka baik secara
langsung maupun tidak langsung,
dan saling menopang kegiatan yang sama secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama. Dengan kata lain, perbuatan pendidikan yang dilakukan oleh orang
tua terhadap anak juga dilakukan oleh sekolah dengan memperkuatnya serta
dikontrol masyarakat sebagai lingkungan sosial anak.Hak ini sesuai dengan apa
yang ada dalam GBHN (ketetapan MPR No. IV/MPR/1978), berkenaan dengan
pendidikan dikemukakan anatara lain sebagai berikut: “Pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”.[4]
1. Lingkungan Keluarga
Dalam
pendidikan, keluarga adalah salah satu pusat pendidikan. Bahkan disebut sebagai
pusat pendidikan yang pertama dan utama. Tugas dan kewajiban keluarga adalah
memberikan pendidikan nilai-nilai spiritual keagamaan, pengetahuan dan
ketrampilan dasar kepada peserta didik (anak) [5].
Dalam menjalankan tugas mendidik, orang tua membimbing anak. Anak sebagai
manusia, yang belum sempurna perkembangannya dipengaruhi dan diarahkan orang
tua untuk mencapai kedewasaan. Kedewasaan dalam arti keseluruhan, yakni dewasa
secara biologis (badaniah) dan dewasa secara rohani. Adapun tugas utama dari
keluarga bagi pendidikan anak-anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan
akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar
diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain
(Indrakusuma, 1973: 109).
Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga, itu bukan
berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan
mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana strukturnya memberikan
kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi
pendidik itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh
mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua atau ayah
dan ibu memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan
anak-anaknya.Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di
sampingnya.Oleh karena itu ia meniru peran ibunya dan biasanya seorang anak
lebih cinta kepada ibunya apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu
merupakan orang yang mula-mula dikenal oleh anak, yang mula-mula menjadi
temannya dan yang mula-mula dipercayainya. Apapun yang dilakukan ibu dapat
dimaafkannya, kecuali apabila ia ditinggalkan dengan memahami segala sesuatu
yang terkandung di dalam hati anaknya, jika anak telah mulai agak besar,
disertai kasih sayang dapatlah ibu mengambil hati anaknya untuk selama lamanya.
Pengaruh hayati terhadap anaknya besar pula. Dimata anaknya ia seorang
tertinggi gengsinya dan terpandai diantara orang-orang yang dikenalnya. Cara
ayah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari berpengaruh pada cara bekerja
anaknya. Ayah merupakan penolong utama lebih-lebih lagi anak yang agak besar,
baik laki-laki maupun perempuan, bila ia mau mendekati dan dapat memahami hati
anaknya[6].
Dasar-dasar
tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi:
1.
Adanya motivasi
atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak. Kasih
sayang orang tua yang ikhlas dan murni akan mendorong sikap dan tindakan rela
menerima tanggung jawab untuk mengorbankan hidupnya dalam memberikan
pertolongan kepada anaknya.
2.
Pemberian motivasi
kewajiban moral sebagai konsekuensi nilai-nilai spiritual. Menurut para ahli
bahwa penanaman masa anak-anak (usia 3 sampai 6 tahun) seorang anak memiliki
pengalaman agama yang asli dan mendalam, serta mudah berakar dalam diri dan
kepribadiannya. Hal tersebut merupakan faktor yang sangat penting yang melebihi
yang lain, karena pada saat itu anak mempunyai sifat “wondering” atau
heran sebagai salah satu faktor untuk memperdalam pemahaman spiritual reality.
Pada periode ini periode ini peranan orang tua dirasakan sangat pendingin
melalui pembiasaan, misalnya orang tua sering mengajak anaknya ketempat-tempat
ibadah sebagai penanaman dasar yang akan mengarahkan anak pada pengabdian yang
selanjutnya mampu menghargai kehadiran agama dalam bentuk pengalaman, dan
pengalaman dengan penuh ketaatan.
3. Tanggung jawab jawab sosial adalah sebagian dart keluarga
yang Dacia gilirannya akan menjadi tangg-ung jawab masyarakat, bangsa clan
negara. Tanggung jawab sosial itu merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab
kekeluargaan yang dibina oleh darah, keturunan dan kesatuan keyakinan. TerjaI
innya hubungan antara orang tua dengan anak berdasarkan rasa kasih sayang yang
ikhlas, dan kesediaan mengorbankan segala-galanya adalah hanya untuk melindungi
clan memberikan pertolongan kepada anak dalam membimbing mereka agar
pertumbuhan dan perkembangannya menjadi sempuma, sebagaimana diharapkan.
Begitu juga diharapkan untuk melatih sikap mandiri dan mampu mengambil
keputusan sendiri serta kehidupannya dalam
keadaan stabil.
4. Memelihara
dan membesarkan anaknya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk
dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar is
dapathidup secara berkelanjutan. Di samping itu ia bertanggung jawab dalam hal
melindungi dan menjamin kesehatan anaknya, baik secara jasmaniah maupun
rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat
membahayakan diri anak tersebut.
5. Memberikan
pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yeng berguna bagi
kehidupan anak tersbeut, untuk kehidupan kelak sehingga bila ia telah dewasa
akan mampu mandiri.
Dengan
demikian terlihat besar tanggung jawab orang tua terhadap anak. Bagi seorang
anak, keluarga persekutuan hidup pada lingkungan keluarga tempat dimana ia
menjadi diri pribadi atau diri sendiri. Keluarga juga merupakan wadah bagi anak
dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk dari dalam
fungsi sosialnya. Di samping itu, keluarga merupakan tempat belajar bagi anak
dalam segala sikap untuk berbakti kepada tuhan sebagai perwujudan nilai hidup
yang tinggi. Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang pertama dan utama
bertanggung jawab terhadap keangsungan hidup dan pendidikan anak adalah orang
tua[7].
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lingkungan dan lembaga pendidikan yang
kedua setelah keluarga. Sekolah muncul sebagai pendidikan modern yang bersifat
formal, yang berfungsi membantu pendidikan di keluarga. Pendidikan di sekolah
terlaksana secara melembaga. Lembaga-lembaga itulah yang dalam hal ini dimaksudkan
sebagai wadah atau bentuk pendidikan di sekolah, dimana kegiatan mendidik dan
didik itu terlaksana. Pendidikan pada dasarnya adalah pengajaran atau
pembelajaran, yang tekanannya pada transformasi ilmu, pengetahuan dan teknologi
serta seni. Isi materi yang disampaikan dalam proses pendidikan di sekolah
mencakup pengajaran yang mendidik yang secara serentak memberi peluang
pencapaian tujuan instruktusional bidang studi dan tujuan umum pendidikan
lainnya, bimbingan dan penyuluhan sebagai program pengembangan kepribadian yang
terlaksana dalam bentuk layanan pribadi atau individual atau layanan kelompok
dan klasikal, pelatihan ketrampilan dapat diperoleh melalui pengajaran yang
mendidik dan bimbingan-penyuluhan peserta didik telah ditumbuh kembangkan utamanya
aspek kognitif dan afektif serta psikomotorik, pusat sumber belajar dapat
dikembangkan dari perpustakaan sehat untuk mendukung terlaksananya proses
pembelajaran, sekolah sebagai lingkungan sekaligus lembaga pendidikan perlu
dikelola,diatur, ditata dan dimanipulasi sedemikan rupa sehingga aman dan
nyaman serta mendukung terlaksananya program pendidikan demi tercapainya tujuan
pendidikan[8].
Menurut pasal 10 ayat 2
Undang-Undang nomor 2 Tahun 1989 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional disebut bahwa
“Jalur Pendidikan sekolah merupakan
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar
serta berjenjang dan berkesinambungan”.[9]
Karena
itu, sebagai sumbangan sekolah terhadap pendidikan diantaranya yaitu[10] :
a.
Sekolah membantu orang
tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yangbaik serta menanamkan budi pekerti
yang baik.
b.
Sekolah memberikan
pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat
diberikan di rumah.
c.
Sekolah melatih
anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung,
menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan
pengetahuan.
d.
Di sekolah diberikan
pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan benar atau salah dan
sebagainya.Dan lain-lain.
Berkenaan
dengan sumbangan sekolah terhadap pendidikan itulah, maka sekolah sebagai
lembaga pendidikan mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut: tumbuh sesudah keluarga, lembaga pendidikan formal, dan lembaga pendidikan yang tidak
bersifat kodrati.
Disamping itu, pendidikan sekolah juga mempunyai
ciri-ciri khusus, yaitu:
a.
Diselenggarakan
secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki
hubungan hierarkhis.
b.
Usia siswa (anak didik)
di suatu jenjang relatif homogen.
c.
Waktu pendidikan
relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
d.
Isi pendidikan (materi)
lebih banyak yang bersifat akademis dan umum.
e.
Mutu pendidikan sangat
ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di mass yang akan datang.
Lingkungan
sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama yang kedua.Siswa-siswi, guru,
administrator, konselor hidup bersama dan melaksanakan pendidikan secara
teraturdan terencana dengan baik. Dengan demikian, Peranan sekolah sebagai
lembaga yang membangun lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan
mengajar dan dapat dibedakan pengertiannya. Mendidik tidak hanya berupa proses
pemberian ilmu pengetahuan kepada anak didik, tetapi lebih jauh berupa
pemberian nilai. Sedangkan mengajar hanya diartikan sebagai proses pemberian
ilmu pengetahuan kepada anak didik, tidak menyangkut nilai. Jelasnya dapat
dikatakan bahwa sebagian besar pembentukan kecerdasan (pengertian), sikap dan
minat sebagian dari pembentukan kepribadian, dilaksanakan oleh sekolah.
Kenyataan ini menunkukan betapa penting dan besar pengaruh pada sekolah[11].
3. Lingkungan Masyarakat
Pendidikan di lingkungan masyarakat biasa dikenal
dengan pendidikan non-formal yang meliputi berbagai usaha khusus yang
diselenggarakan secara terorganisasi agar terutama generasi muda dan juga orang
dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan
mengikuti pendidikan sekolah sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan
ketrampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga masyarakat yang produktif.
Dengan demikian makna dan peranan pendidikan non-formal tidak kalah pentingnya
bila dibandingkan dengan pendidikan formal.
Pendidikan non-formal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, atau pelengkap. Pendidikan non-formal berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Pendidikan non-formal meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja.
Satuan pendidikan non-formal terdiri atas lembaga khusus, lembaga pelatihan,
kelompok belalajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis[12].
Sedangkan Pusat pendidikan di
masyarakat menurut Ki Hajar Dewantara adalah organisasi pemuda. Organisasi
pemuda ada yang bersifat informal (kelompok sebaya, kelompok bermain) maupun
yang bersifat formal yang diusahakan baik oleh yayasan tertentu/partai
tertentu. Lingkungan pendidikan ini diharapkan mampu membina pemuda/pemudi
melalui pendidikan diri sendiri, memadukan perkembangan kecerdasan, budi
pekerti dan perilaku sosial[13].
Jadi dalam
konteks pendidikan, lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap pendidikan
tampak lebih luas pengaruhnya. Karena corak dan ragam pendidikan yang dialami
seseorang dalam masyarakat banyak sekali, dan hal ini meliputi segala bidang,
baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian
(pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan[14].
PENUTUP
Dari
pemaparan yang telah di jelaskan pada pembahasan sebelumnya, dapat kami
simpulkan bahwa terjadi hubungan timbale balik antara lingkungan dengan
pendidikan. Karena lingkungan pendidikan dapat membantu peserta didik dalam
interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya
pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Sebab bagaimanapun bila
berbicara tentang lembaga pendidikan sebagai wadah berlangsungnya pendidikan,
maka tentunya akan menyangkut masalah lingkungan dimana pendidikan tersebut
dilaksanakan. Antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang
lainnya tidak dapat berdiri sendiri. Terdapat hubungan timbale balik dan saling
mempengaruhi antar lingkungan satu dengan lingkungan lainya dalam hal
pendidikan. Misalnya Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan
sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal skil dan ilmu pengetahuan,
sedangkan lingkungan masayarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang
diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan
kemampuan diri. Melihat hal tersebut maka sudah selayaknya terdapat koordinasi
antar lingkungan sehingga terjadi keselarasan dan keserasian dalam menjadikan
manusia yang berpendidikan dan berkepribadian unggul.
Jadi, sudah
jelas bahwa dalam pendidikan perlu wadah utuk mencapai tujuan yang optimal.
Wadah yang dimaksud disini yaitu lingkungan pendidikan yang meliputi ;
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Melihat hal tersebut maka sudah
selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungan sehingga terjadi keselarasan
dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikan dan berkepribadian
unggul.
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib,Imam. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta :
Adicita Karya Nusa.
Siswoyo, Dwi dkk. 2011. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
Maunah,Binti. 2009. Ilmu
Pendidikan. Yogyakarta : Teras.
http://acehmillano.wordpress.com/2013/03/24/hubungan-timbal-balik-antara-lingkungan-pendidikan/
[1] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, ( Yogyakarta :
Adicita Karya Nusa, 2002), hlm.54.
[3] Dwi Siswoyo,dkk. Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : UNY
Press, 2011), hlm.148.
[5] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, ( Yogyakarta :
Adicita Karya Nusa, 2002), hlm.55.
[9] Binti Maunah, (2009), Ilmu Pendidikan, Yogyakarta,
Teras, hlm.94.
[11] Binti Maunah, (2009), Ilmu Pendidikan, Yogyakarta,
Teras,hlm.95.
[13]Sulistiyono T, dkk.
(2011) Ilmu Pendidikan, Yogyakarta :UNY Press, hlm.149.
[14] http://acehmillano.wordpress.com/2013/03/24/hubungan-timbal-balik-antara-lingkungan-pendidikan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar