Kamis, 11 Juni 2015

Konsep Islam tentang Alam Semesta berdasarkan Al-Quran



KONSEP ISLAM TENTANG ALAM SEMESTA
BERDASARKAN AL-QUR’AN



KOPMA STAIN PWT



MAKALAH

Oleh:
1. NANDA MEGA KHARISMA (NIM. 1323301034)
2. NURMALA ARIZA FAJRIN (NIM. 1323301031)
3. QURROTA A’YUN (NIM.)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Alam semesta merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta, akan tetapi menjadikannya sebagai fasilitas dan sarana ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan dari potensi manusia yang sudah ada sejak lahir.
Di dalam perspektif Islam, alam semesta merupakansesuatu selain Allah SWT. Oleh karena itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi , namun meliputi keseluruhan yang ada dan berad diantara keduanya. Bukan hnya itu, dalam perspektif Islam alam semesta tidak saja mencakup hal-hal yang konkrit yang dapat diamati melalui panca indera manusia, tetapi alam semesta juga merupakan segala sesuatu yang keberadaannya tidak dapat diamati oleh panca indera manusia. Di dalam makalah ini , kami akan memaparkan mengenai konsepsi atau pandangan Islam terhadap alam semesta berdasarkan Al-Qur’an. Semoga dengan makalah ini kita dapat arif dalam menjalankan kehidupan.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsepsi Tentang Alam Semesta
Konsepsi ilmuan tentang jagad raya dan pemikiran yang melandasinya itu berubah-ubah sepanjang sejarah, bergantung pada tingkat kecanggihan alat-alat sarana observasinya dan tingkat kemajuan fisika itu sendiri. Dalam dawarsa pertama abd ini, para ahli fisika mempunyai pandangan bahwa sesuai dengan hasil observasi mereka, besarnya jagad raya ini tak terbatas dan tak terhingga, sebab bila ia terbatas, bintang dan galaksi yang ada di tepi akan merasakan gaya tarik gravitasi satu sisi saja. Yaitu kearah alam semesta, sehingga lama-kelamaan benda langit itu akan mengumpul disekitar pusat tersebut. Karena kecenderungan semacam ini tidak pernah tampak pada pengamatan, maka orang berkesimpulan bahwa ala mini tak berbatas[1].
            Tidak hanya itu, konsepsi alam menurut para pakar fisika tidak hanya tak terhingga besarnya dan tak berbatas, tetapi juga tidak berubah keadaanya sejak waktu tak terhingga lamanya yang akan datang. Sebab menurut pengalaman para ahli fisika di laboraturium, materi itu kekal adanya. Apapun reaksi yang dialaminya, baik kimiawi atau fisis, massanya tak pernah hilang atau paling berubah menjadi energy yang setara. Dengan konsepsi bahwa ala mini kadim atau kekal,, astofifika tidak mengakui adanya penciptaan alam. Sudah pasti anggapan ini bertentangan dengan ajaran islam sebagaimana yang terkandung dalam Al-Quran bahwa Allah-lah yang kadim dan Dia jugalah yang Baka.
            Pandangan semacam ini berasal dari Newton, yang melontarkan konsepsinya sekitar abad ke XVII, namun kekekalan massa ditegaskan oleh Levoiser sekitar akhir abad ke XVIII, dan diperluas oleh Einstein dalam abad ini menjadi kekakalam massa dan energy atau secara singkat kekekalan materi. Dalam dasawarsa kedua abad ke XX, Einstein masih percaya bahwa pandangan klasik itu benar.dari prinsisp-prinsip dasar ia membuat suatu perumusan matematis yang ia harapkan dapat melukiskan alam yang sesuai dengan pengertian para ilmuan pada waktu itu, namun Friedman mengungkapkan bahwa model ini tidak melukiskan alam yang statis, yang menjadi consensus para astronom-kosmolog, melainkan jagat raya ini dinamis. Model ini kemudian dikenal sebagai model Friedman.
Hal ini tidak berkenan dihati Einstein dan dengan kecewa ia mengadakan perubahan pada perumusanya dengan menambahkan bilangan konstanta padanya, sehingga hasilnya memenuhi selera sang genius, ternyata Ia melukiskan alam yang statis. Einstein merasa puas dengan perumusanya, meskipun alam semesta yang dilukiskanya bukan alam yang ada menurut ajaran islam, yakni yang diciptakan pada suatu waktu dan akan ditiadakan pada waktu yang lain., melainkan alam semesta yang tidak pernah diciptakan, yang kadim dan langgeng, sesuai dengan consensus yang di dasarkan pada kesimpulan yang rasional sebagai hasil analisis yang kritis terhadap berbagai data yang diperoleh dari pengukuran dalam pengamatan. Pada tahap it, fisika mempunyai konsepsi yang bertentangan dengan ajaran islam.
            Al-Quran yang ayat-ayatnya diturunkan sekitar 14 abad yang lalu, mengandung uraian secara garis besar tentang penciptaan alam semesta itu, namun umat yang awam ini tidak mengetahui maknanya secara jelas, sebab rincian kejadian itu terdapat dalam Al Kaun sebagai ayatollah yang harus dibaca, dan umat tidak mampu membacanya karena fisika dan sains pada umunya telah dilepaskan enam abad yang lalu. Tidak lagi umat secara umum dapat dimasukan dalam golongan yang kita temukan dalam surah Ali’Imran 190 dan 191, yaitu kategori ulul albab[2].
Qs. Ali’Imran 190-191
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (QS: Ali Imran Ayat: 190)

http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/3_191.png
''(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.''(QS: Ali 'Imran: 191)

2.2. Pemahaman Al-Qur’an Dengan Sains
            Sains merupakan pemahaman bagi ayat-ayat Al-Quran, khususnya untuk bidang fisika, yang merupakan dasar bagi ilmu kimia modern, dan bersama-sama dengan ilmu kimia itu menjadi landasan bagi biologi modern, geofisika, dan bidang lain dari sains. Dalam penerapanya dibidang astronomi dan kosmologi, fisiska modern telah memperlihatkan kemampuanya untuk membekali kita dengan pengertian yang lebih baik dalam menafsirkan Al-Quran. Misalnya pernyataan yang melukiskan kejadian pada penciptaan alam semesta. Menafisrkan ayat-ayat itu adalah pekerjaan yang sukar. Sebab tidak seorangpun yang pernah melihat ala mini tercipta, sedangkan keadaan kosmos pada waktu itu sangat berbeda dari keadaan sekarang. Intinya alam telah berevolusi selama kira-kira 12 milyar tahun![3].
            Berikut ayat-ayat yang berkenaan dengan penciptaan alam semesta :
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/21_30.png
'Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?.'' (QS: AL Anbiyaa: 30).
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/51_47.png
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa”. (QS.Adz-Dzariyat : 47 ).
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/41_9.png
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam." (QS. Fushsilat : 9 )

http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/41_10.png

Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.
(Qs.Fushilat : 10).

http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/41_11.png

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati.". (Qs.Fushilat : 11).

http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/41_12.png
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS.Fushilat : 12).
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/32_4.png

Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud. Seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong”. (QS.As-Sajdah : 4).
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/11_7.png
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Initidak lain hanyalah sihir yang nyata”. (QS.Huud : 7).
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/35_41.png
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. (QS. Faathir : 41).
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/21_104.png
(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya”. (QS. Al-anbiyaa : 104).

Bagaimana orang akan menafsirkan ayat-ayat tersebut? Sudah pasti ia tidak dapat melepaskan pengertian atau konsepsinyatentang kata  yaum, sama’, ardh, dukhon, ma’, ‘Arsy, Rawaisiy dan aqwat. Namun ‘sama tidak dapat diartikan sebagai bola raksasa yang melindungi bumi yang didindingnya menempel bintang-bintang. Sebab benda-benda langit itu jaraknya dari bumi tidak sama, langit adalah ruang alam yang didalamnya bergerak berbagai benda angkasa, apapun bentuknya. Orang juga tidak dapat mengatakan bahwa saat langit diciptakan, Ardh muncul dalam bentuk bumi yang sekarang, sebab wujud bumi yang kita kenal ini adalah hasil evolusi sekita empat milyar tahun dari bentuk benda yang menyala-nyala, yang terjadi sebelumnya, dari merapatnya benda materilah yang tercipta waktu itu.
            Materi yang muncul pertama kali itupun berbeda dengan materi antar bintang yang membentuk matahari dan bumi serta planet-planet yang lain. Sebab materi yang menyusun bintang dalam galaksi terdiri dari molekul, atom, nucleus, dan electron. Sedangkan kilatan yang ditemukan Wilson dan Penziaz pada tahun 1964 sebagai radiasi gelombang mikro yang mengisi seluruh jagat raya, membuktikan bahwa alam semesta lahir dalam ledakan yang mengerikan dengan suhu yang tiada tara tingginya. Pada suhu 1032 derajat. Tak hanya molekul atom saja yang tidak tahan, nucleus dan proton serta neutron yang membentuknya pun terurai menjadi materi yang tak dikenal di alam kita yang telah dingin ini. Sedangkan kata yaum  dalam kaitan ini sukar dipahami sebagai hari, mengingat bumi pada saat itu belum terbentuk. Untuk itu, lebih baik kita memahami sesuai dengan apa yang di canangkan dalam A-Quran, yang dapat dikatakan bahwa :
1.      Pada saat penciptaan (sekitar 12 milyar tahun yang lalu) langit dan bumi yang semula padu dipisahkan. (Al-Anbiya: 30).
2.      Pada pendinginan yang sangat cepat (sebagai akibat inflasi tercapai keadaan “kelewat dingin”) dan terjadi transisi fase, yang menyebabkan materialisasi energy secara berangsur (bersamaan dengan terciptanya alam-alam lain disamping kita): materi nyata muncul sebagai fase kedua, sedangkan energy adalah fase pertama. (Fushillat : 9).
3.       Dengan adanya materi dalam ruang alam, maka dimunculkanlah spin partikel sub nuklir, electron, foton, dan lainya sebagai gerak pusaran serta ditetapkanya muatan-muatan yang merupakan kekuatan sumber kekuatan atau dalam hal ini biasa disebut sebagai gaya (grafitasi, nuklir kuat, nuklir lemah, listrik, dan magnet dalam empat tahapan. (Fushillat : 10 ).
4.      Sementara itu, ketika langit penuh embunan (sebagai akibat dari adanya inflasi, sehingga energy berubah menjadi materi) Allah SWT mengundangkan segala peraturan yang ditaati ruang dan materi (sebagai hukum alam yang mengendalikan sifat dan kelakuan jagat raya). (Fushilat : 11).
5.      Allah yang maha Perkasa dan Maha Mengetahui telah menjadikan tujuh langit (tujuh ruang alam) dalam dua tahap, dan menetapkan hukum alam yang berlaku di dalamnya dan menghiasi dunia dengan pelita-pelita ( dalam bentuk bulan, bintang, matahari, dsb)serta menjaganya dengan memberikan atmosfer, lapisan ozon, dsb. (Fushillat : 12).
6.      Allah-lah yang menciptakan langit (ruang alam) serta bumi (metri alam) dan apa saja yang berada diantaranya dalam enam periode, sambil menegakkan pemerintahan-Nya. (As-Sajdah : 4).
7.      Allah SWT menahan alam semesta untuk tidak “mbedal” dan tidak mengembang terus tanpa henti. (Faatir : 41).
8.      Allah SWT akan mengecilkan kembali jagad raya seperti sedia kala, ketika jagad raya diciptakan pada awalnya, yang menjamin bahwa alam kita bersifat tertutup (closed universe). (Al-Anbiya : 104)[4].
2.3.  Manfaat Alam bagi Kehidupan Manusia
Alam pada dasarnya adalah untuk kepentingan manusia. Dengan alam, manusia bisa bertempat tinggal, mencari makan, dan lain sebagainya, yang akhirnya dengan semua itu agar manusia dapat beribadah / menyembah kepada Allah (li ya’budun)[5]
1.      Tempat mencari makan
Dan Kami ciptakan padanya gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi dan Dia tentukan makanan bagi (penghuni) nya dalam empat masa, memadahi untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukan.”(Fushilat : 10).
ayat ini menjelaskan bahwa alam, baik itu di darat maupun di laut adalah sebagai sumber bahan pencari makanan
2.      Sumber penghasilan
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/16_14.png
“Dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai….”(Qs. An-Nahl : 14).

Selain kedua manfaat itu masih banyak sekali manfaat-manfaat lain yang dapat kita temukan di sekitar kita, tap pada intinya alam ini diciptakan oleh Allah guna memenuhi kebutuhan manusia.
BAB III
PENUTUP





















DAFTAR PUSTAKA

Baiquni,Achmad. Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. (Yogyakarta : DANA BHAKTI PRIMA YASA,1997).



[1] Achmad Baiquni, Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,1997), hlm.207.



[2] Achmad Baiquni, Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,1997), hlm.207-208.
[3] Achmad Baiquni, Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,1997), hlm.223-230.
[4] Achmad Baiquni, Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,1997), hlm.233-234.
[5]http://hendrisabar.blogspot.com/2009/07/konsep-al-quran-tentang-alam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar