KONSEP
ISLAM TENTANG ALAM SEMESTA
BERDASARKAN AL-QUR’AN
MAKALAH
Oleh:
1. NANDA MEGA KHARISMA (NIM. 1323301034)
2. NURMALA ARIZA FAJRIN (NIM. 1323301031)
3. QURROTA A’YUN (NIM.)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Alam semesta
merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, sampai kini baru sebagian kecil
saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari
bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta, akan
tetapi menjadikannya sebagai fasilitas dan sarana ilmu pengetahuan yang dapat
dikembangkan dari potensi manusia yang sudah ada sejak lahir.
Di dalam
perspektif Islam, alam semesta merupakansesuatu selain Allah SWT. Oleh karena
itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi , namun meliputi keseluruhan yang
ada dan berad diantara keduanya. Bukan hnya itu, dalam perspektif Islam alam
semesta tidak saja mencakup hal-hal yang konkrit yang dapat diamati melalui
panca indera manusia, tetapi alam semesta juga merupakan segala sesuatu yang
keberadaannya tidak dapat diamati oleh panca indera manusia. Di dalam makalah
ini , kami akan memaparkan mengenai konsepsi atau pandangan Islam terhadap alam
semesta berdasarkan Al-Qur’an. Semoga dengan makalah ini kita dapat arif dalam
menjalankan kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsepsi
Tentang Alam Semesta
Konsepsi ilmuan tentang jagad raya dan pemikiran
yang melandasinya itu berubah-ubah sepanjang sejarah, bergantung pada tingkat
kecanggihan alat-alat sarana observasinya dan tingkat kemajuan fisika itu
sendiri. Dalam dawarsa pertama abd ini, para ahli fisika mempunyai pandangan
bahwa sesuai dengan hasil observasi mereka, besarnya jagad raya ini tak
terbatas dan tak terhingga, sebab bila ia terbatas, bintang dan galaksi yang
ada di tepi akan merasakan gaya tarik gravitasi satu sisi saja. Yaitu kearah
alam semesta, sehingga lama-kelamaan benda langit itu akan mengumpul disekitar pusat
tersebut. Karena kecenderungan semacam ini tidak pernah tampak pada pengamatan,
maka orang berkesimpulan bahwa ala mini tak berbatas[1].
Tidak hanya itu, konsepsi alam
menurut para pakar fisika tidak hanya tak terhingga besarnya dan tak berbatas,
tetapi juga tidak berubah keadaanya sejak waktu tak terhingga lamanya yang akan
datang. Sebab menurut pengalaman para ahli fisika di laboraturium, materi itu
kekal adanya. Apapun reaksi yang dialaminya, baik kimiawi atau fisis, massanya
tak pernah hilang atau paling berubah menjadi energy yang setara. Dengan
konsepsi bahwa ala mini kadim atau kekal,, astofifika tidak mengakui adanya
penciptaan alam. Sudah pasti anggapan ini bertentangan dengan ajaran islam
sebagaimana yang terkandung dalam Al-Quran bahwa Allah-lah yang kadim dan Dia
jugalah yang Baka.
Pandangan semacam ini berasal dari
Newton, yang melontarkan konsepsinya sekitar abad ke XVII, namun kekekalan
massa ditegaskan oleh Levoiser sekitar akhir abad ke XVIII, dan diperluas oleh
Einstein dalam abad ini menjadi kekakalam massa dan energy atau secara singkat
kekekalan materi. Dalam dasawarsa kedua abad ke XX, Einstein masih percaya
bahwa pandangan klasik itu benar.dari prinsisp-prinsip dasar ia membuat suatu
perumusan matematis yang ia harapkan dapat melukiskan
alam yang sesuai dengan pengertian para ilmuan pada waktu itu, namun Friedman
mengungkapkan bahwa model ini tidak melukiskan alam yang statis, yang menjadi
consensus para astronom-kosmolog, melainkan jagat raya ini dinamis. Model ini
kemudian dikenal sebagai model Friedman.
Hal
ini tidak berkenan dihati Einstein dan dengan kecewa ia mengadakan perubahan
pada perumusanya dengan menambahkan bilangan konstanta padanya, sehingga
hasilnya memenuhi selera sang genius, ternyata Ia melukiskan alam yang statis.
Einstein merasa puas dengan perumusanya, meskipun alam semesta yang
dilukiskanya bukan alam yang ada menurut ajaran islam, yakni yang diciptakan
pada suatu waktu dan akan ditiadakan pada waktu yang lain., melainkan alam
semesta yang tidak pernah diciptakan, yang kadim dan langgeng, sesuai dengan
consensus yang di dasarkan pada kesimpulan yang rasional sebagai hasil analisis
yang kritis terhadap berbagai data yang diperoleh dari pengukuran dalam
pengamatan. Pada tahap it, fisika mempunyai konsepsi yang bertentangan dengan
ajaran islam.
Al-Quran yang ayat-ayatnya
diturunkan sekitar 14 abad yang lalu, mengandung uraian secara garis besar
tentang penciptaan alam semesta itu, namun umat yang awam ini tidak mengetahui
maknanya secara jelas, sebab rincian kejadian itu terdapat dalam Al Kaun
sebagai ayatollah yang harus dibaca, dan umat tidak mampu membacanya karena
fisika dan sains pada umunya telah dilepaskan enam abad yang lalu. Tidak lagi
umat secara umum dapat dimasukan dalam golongan yang kita temukan dalam surah
Ali’Imran 190 dan 191, yaitu kategori ulul
albab[2].
Qs.
Ali’Imran 190-191
إِنَّ فِي
خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ
لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal”. (QS: Ali Imran Ayat: 190)

''(Yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.''(QS: Ali 'Imran: 191)
2.2. Pemahaman Al-Qur’an Dengan Sains
Sains merupakan pemahaman bagi
ayat-ayat Al-Quran, khususnya untuk bidang fisika, yang merupakan dasar bagi
ilmu kimia modern, dan bersama-sama dengan ilmu kimia itu menjadi landasan bagi
biologi modern, geofisika, dan bidang lain dari sains. Dalam penerapanya
dibidang astronomi dan kosmologi, fisiska modern telah memperlihatkan
kemampuanya untuk membekali kita dengan pengertian yang lebih baik dalam
menafsirkan Al-Quran. Misalnya pernyataan yang melukiskan kejadian pada
penciptaan alam semesta. Menafisrkan ayat-ayat itu adalah pekerjaan yang sukar.
Sebab tidak seorangpun yang pernah melihat ala mini tercipta, sedangkan keadaan
kosmos pada waktu itu sangat berbeda dari keadaan sekarang. Intinya alam telah
berevolusi selama kira-kira 12 milyar tahun![3].
Berikut ayat-ayat yang berkenaan
dengan penciptaan alam semesta :

'Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga beriman?.'' (QS: AL
Anbiyaa: 30).

“Dan langit itu Kami bangun
dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa”.
(QS.Adz-Dzariyat : 47 ).

Katakanlah:
"Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (Yang bersifat) demikian itu adalah
Rabb semesta alam." (QS.
Fushsilat : 9 )

“Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”. (Qs.Fushilat : 10).

” Kemudian
Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu
Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati.".
(Qs.Fushilat : 11).

“Maka
Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.
(QS.Fushilat : 12).

“Sesungguhnya
orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila
diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud. Seraya
bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong”. (QS.As-Sajdah : 4).

“Dan
Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah
singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara
kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah):
"Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya
orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Initidak lain hanyalah sihir
yang nyata”. (QS.Huud
: 7).

”
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan
lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat
menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun”. (QS.
Faathir : 41).

“(Yaitu)
pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas.
Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah
yang akan melaksanakannya”. (QS.
Al-anbiyaa : 104).
Bagaimana orang akan menafsirkan ayat-ayat tersebut? Sudah pasti ia tidak dapat melepaskan pengertian atau konsepsinyatentang kata yaum, sama’, ardh, dukhon, ma’, ‘Arsy, Rawaisiy dan aqwat. Namun ‘sama tidak dapat diartikan sebagai bola raksasa yang melindungi bumi yang didindingnya menempel bintang-bintang. Sebab benda-benda langit itu jaraknya dari bumi tidak sama, langit adalah ruang alam yang didalamnya bergerak berbagai benda angkasa, apapun bentuknya. Orang juga tidak dapat mengatakan bahwa saat langit diciptakan, Ardh muncul dalam bentuk bumi yang sekarang, sebab wujud bumi yang kita kenal ini adalah hasil evolusi sekita empat milyar tahun dari bentuk benda yang menyala-nyala, yang terjadi sebelumnya, dari merapatnya benda materilah yang tercipta waktu itu.
Bagaimana orang akan menafsirkan ayat-ayat tersebut? Sudah pasti ia tidak dapat melepaskan pengertian atau konsepsinyatentang kata yaum, sama’, ardh, dukhon, ma’, ‘Arsy, Rawaisiy dan aqwat. Namun ‘sama tidak dapat diartikan sebagai bola raksasa yang melindungi bumi yang didindingnya menempel bintang-bintang. Sebab benda-benda langit itu jaraknya dari bumi tidak sama, langit adalah ruang alam yang didalamnya bergerak berbagai benda angkasa, apapun bentuknya. Orang juga tidak dapat mengatakan bahwa saat langit diciptakan, Ardh muncul dalam bentuk bumi yang sekarang, sebab wujud bumi yang kita kenal ini adalah hasil evolusi sekita empat milyar tahun dari bentuk benda yang menyala-nyala, yang terjadi sebelumnya, dari merapatnya benda materilah yang tercipta waktu itu.
Materi yang muncul pertama kali
itupun berbeda dengan materi antar bintang yang membentuk matahari dan bumi
serta planet-planet yang lain. Sebab materi yang menyusun bintang dalam galaksi
terdiri dari molekul, atom, nucleus, dan electron. Sedangkan kilatan yang ditemukan
Wilson dan Penziaz pada tahun 1964 sebagai radiasi gelombang mikro yang mengisi
seluruh jagat raya, membuktikan bahwa alam semesta lahir dalam ledakan yang
mengerikan dengan suhu yang tiada tara tingginya. Pada suhu 1032 derajat.
Tak hanya molekul atom saja yang tidak tahan, nucleus dan proton serta neutron
yang membentuknya pun terurai menjadi materi yang tak dikenal di alam kita yang
telah dingin ini. Sedangkan kata yaum dalam kaitan ini sukar dipahami sebagai hari,
mengingat bumi pada saat itu belum terbentuk. Untuk itu, lebih baik kita
memahami sesuai dengan apa yang di canangkan dalam A-Quran, yang dapat
dikatakan bahwa :
1. Pada
saat penciptaan (sekitar 12 milyar tahun yang lalu) langit dan bumi yang semula
padu dipisahkan. (Al-Anbiya: 30).
2. Pada
pendinginan yang sangat cepat (sebagai akibat inflasi tercapai keadaan “kelewat
dingin”) dan terjadi transisi fase, yang menyebabkan materialisasi energy
secara berangsur (bersamaan dengan terciptanya alam-alam lain disamping kita):
materi nyata muncul sebagai fase kedua, sedangkan energy adalah fase pertama.
(Fushillat : 9).
3. Dengan adanya materi dalam ruang alam, maka
dimunculkanlah spin partikel sub nuklir, electron, foton, dan lainya sebagai
gerak pusaran serta ditetapkanya muatan-muatan yang merupakan kekuatan sumber
kekuatan atau dalam hal ini biasa disebut sebagai gaya (grafitasi, nuklir kuat,
nuklir lemah, listrik, dan magnet dalam empat tahapan. (Fushillat : 10 ).
4. Sementara
itu, ketika langit penuh embunan (sebagai akibat dari adanya inflasi, sehingga
energy berubah menjadi materi) Allah SWT mengundangkan segala peraturan yang
ditaati ruang dan materi (sebagai hukum alam yang mengendalikan sifat dan
kelakuan jagat raya). (Fushilat : 11).
5. Allah
yang maha Perkasa dan Maha Mengetahui telah menjadikan tujuh langit (tujuh
ruang alam) dalam dua tahap, dan menetapkan hukum alam yang berlaku di dalamnya
dan menghiasi dunia dengan pelita-pelita ( dalam bentuk bulan, bintang,
matahari, dsb)serta menjaganya dengan memberikan atmosfer, lapisan ozon, dsb.
(Fushillat : 12).
6. Allah-lah
yang menciptakan langit (ruang alam) serta bumi (metri alam) dan apa saja yang
berada diantaranya dalam enam periode, sambil menegakkan pemerintahan-Nya.
(As-Sajdah : 4).
7. Allah
SWT menahan alam semesta untuk tidak “mbedal” dan tidak mengembang terus tanpa
henti. (Faatir : 41).
8. Allah
SWT akan mengecilkan kembali jagad raya seperti sedia kala, ketika jagad raya
diciptakan pada awalnya, yang menjamin bahwa alam kita bersifat tertutup
(closed universe). (Al-Anbiya : 104)[4].
2.3. Manfaat Alam bagi
Kehidupan Manusia
Alam pada dasarnya adalah untuk
kepentingan manusia. Dengan alam, manusia bisa bertempat tinggal, mencari
makan, dan lain sebagainya, yang akhirnya dengan semua itu agar manusia dapat
beribadah / menyembah kepada Allah (li ya’budun)[5]
1. Tempat mencari makan
“Dan
Kami ciptakan padanya gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi
dan Dia tentukan makanan bagi (penghuni) nya dalam empat masa, memadahi untuk
(memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukan.”(Fushilat : 10).
ayat ini menjelaskan bahwa alam,
baik itu di darat maupun di laut adalah sebagai sumber bahan pencari makanan
2. Sumber penghasilan

“Dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu
pakai….”(Qs. An-Nahl : 14).
Selain kedua manfaat itu masih banyak sekali manfaat-manfaat lain yang dapat kita temukan di sekitar kita, tap pada intinya alam ini diciptakan oleh Allah guna memenuhi kebutuhan manusia.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Baiquni,Achmad.
Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman.
(Yogyakarta : DANA BHAKTI PRIMA YASA,1997).
[1] Achmad Baiquni, Al-Quran dan
Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,1997),
hlm.207.
[2] Achmad Baiquni, Al-Quran dan
Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,1997),
hlm.207-208.
[3] Achmad Baiquni, Al-Quran dan
Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,1997),
hlm.223-230.
[4] Achmad Baiquni, Al-Quran dan
Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,1997),
hlm.233-234.
[5]http://hendrisabar.blogspot.com/2009/07/konsep-al-quran-tentang-alam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar